Jumat, 18 Desember 2009

PENTINGNYA MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK DIDIK YANG TUNARUNGU

Siswa adalah individu yang unik. Keunikan bisa dilihat dari adanya perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama meskipun kembar atau memiliki kemiripan. Pada hakekatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan, dan sebagainya. Di samping itu, setiap individu adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tidaklah sama.

Oleh karena itu, kita hendaknya memiliki yang mendalam tentang psikologi perkembangan anak tunarungu. Ini akan berguna supaya kita bisa mendekati dan memahami anak tunarungu kita dalam berbagai hal. Seorang guru hendaknya memiliki pemahaman psikologi perkembangan anak tunarungu.

Dengan adanya pemahaman terhadap peserta didik yang tunarungu, akan mewujudkan keberhasilan dalam proses pendidikan. Guru diperlukan memiliki pemahaman yang benar terhadap psikologi perkembangan ini. “Peserta didik yang tunarungu berada di wilayah berbeda dan mereka adalah bagian dari satu generasi dan punya cara sendiri untuk merasakan suatu hal”.

Mengapa mempelajari perkembangan anak tunarungu itu penting? Mengapa kita perlu mempelajari mereka? Masa anak-anak merupakan fase penting dalam kehidupan manusia. Anak tunarungu ini akan berkembang sebagaimana anak-anak lainnya, dan ada sebagian berkembang dengan cara berbeda. Kita sering melihat keunikan anak tersebut.

Umumnya, para psikolog yang mempelajari perkembangan sering sekali tertarik pada karakteristik yang di miliki anak-anak, demikian pula guru juga harus bisa mengelola dan mendidik anak tunarungu. Kita sendiri pernah mengalami dan melalui masa anak-anak, bermain-main, menambah kosa kata dan merangakai kalimat di saat sekolah, sehingga sampai sekarang kita bisa menjadi bebas.

Pada manusia, perkembangan yang paling menarik untuk diamati ialah pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada seorang anak. Di mana proses tumbuh dan kembang ini berlangsung terus menerus sejak masa konsepsi hingga masa remaja.

Perkembangan ialah pada perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang dimulai sejak lahir hingga akhir usia (di masa tua). Perkembangan di sini diartikan sebagai bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, berbicara atau berbahasa, serta kemampuan sosialisasi. Bila disederhanakan, perkembangan adalah bertambah pintarnya kemampuan sel-sel.

Pendidikan harus sesuai dengan perkembangan ini. Artinya, pengajaran terhadap siswa harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak tersebut sehingga tidak terlalu sulit, terlalu menegangkan, dan menjemukan. Pendidikan SLB berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Begitu juga pengajaran SDLB dan dengan SMPLB.

Pola perkembangan anak sendiri merupakan pola yang kompleks karena merupakan hasil dari beberapa proses yaitu proses biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

Proses Biologis
Proses biologis adalah perubahan dalam tubuh anak. Faktor ras, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik serta kelainan kromosom akan memerankan penting proses ini. Ini berarti proses biologis yang melandasi perkembangan otak, berat, dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan gerak, dan perubahan hormonal di masa puber.

Proses Kognitif
Proses kognitif merupakan aktivitas yang memerlukan perolehan atau pengungkapan pengetahuan (struktur), yaitu perubahan dalam pemikiran, inteligensi, dan bahasa anak. Proses ini terdiri dari dua tingkat yaitu representasional dan eksekutif. Penting membicarakan kemampuan individu dalam mengungkapkan informasi tentang lingkungan di dalam otak dan kemampuan untuk melakukan dengan menggunakan pengetahuannya. Proses kognitif merujuk pada kesadaran yang dimiliki individu tentang daya pikir dan nalar mereka. Proses perkembangan kognitif memampukan anak untuk merangkai kalimat yang bermakna, mengingat puisi, memecahkan persoalan-persoalan mata pelajaran, dan sebagainya.

Proses Sosio-emosional
Proses sosio-emosional adalah perubahan dalam anak dengan orang lain, perubahan dalam emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Misalnya: interaksi dalam keluarga, perkembangan sosial, dan kepribadian, pembentukan suatu subkultur yakni budaya kaum tunarungu. Perkembangan sosio-emosional berkaitan dengan prestasi akademik. Perkelahian anak, perkembangan inteligensi anak, dan persahabatan anak merupakan perkembangan sosio-emosional.

Memahami perkembangan anak didik yang tunarungu akan membuat guru makin bijak dalam pendidikan tunarungu. Semua anak memiliki tingkat perkembangan yang berbeda, begitu pula dengan kecenderungan atau potensi dan bakatnya. Penyikapan yang benar terhadap perkembangan dan perbedaan anak ini akan membuat anak didik yang tunarungu akan nyaman dalam belajar karena merasa dihargai dan dihormati hak-hak dan kemampuannya.

Pernahkah anda memperhatikan seorang bayi atau balita yang meneliti dengan seksama sebuah mainan yang baru? Mainan yang baru merupakan benda asing baginya. Dia memasukkannya ke dalam mulut untuk mengetahui rasanya. dia menggoyah-goyahkannya, mengangkatnya, dan memutarkannya perlahan-lahan, sehingga bisa melihat bagaimana setiap sisinya. Dia menempelkan mainan ke telinga, menjatuhkan ke tanah, lalu mengambil kembali dan membongkarnya.

Proses ini disebut belajar secara menyeluruh (Global Learning). Global learning merupakan cara alamiah bagi seorang manusia untuk mempelajarinya, yaitu menyerap berbagai fakta. Peranan guru sangat fundamental terhadap masa ini, agar setiap anak mampu menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Mereka akan dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, dan dapat mencapai serta melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.

Berbagai sumber

Sabtu, 12 Desember 2009

TULI RUBELLA

Virus yang bernama Toxoplasma gondii yang biasa disebut virus rubella diketahui dapat menyebabkan ketulian pada telinga dan kebutaan mata yang sedang berkembang pada waktu bayi yang dikandung oleh ibunya. Bila ibu telah diinvasi oleh virus rubella atau campak jerman antara 6 – 12 minggu pada masa kehamilannya, maka akan kemungkinan 50% bayinya akan lahir dengan cacat pendengaran atau cacat penglihatan. Pemeriksaan atau tes darah pada ibunya sebaiknya dilakukan untuk membuktikan apakah ibu memang terkena virus campak jerman atau bukan.
Ketika dalam kandungan ibunya, telinga si bayi kemungkinan akan terjangkiti oleh virus rubella. Ketika lahir, bayi ini kemungkinan akan menderita kelainan pendengaran. Untuk mengatasi atau menyembuhkan tuli akibat virus ini sangatlah sulit. Satu-satunya hal yang dapat bisa dilakukan adalah menahan perkembangan virus yang berkembang hingga pada waktu bayi keluar dari perut tidak melampaui indeks yang telah ditetapkan oleh dunia kedokteran.

Virus rubella juga bisa menyerang pada anak atau balita. Penularan virus ini bisa melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita. Gejala-gejalanya ialah; demam, batuk, pilek, dan bercak merah di sekujur kulit selama 3-5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula muncul di pipi bawah telinga kemudian ,menjalar ke muka, tubuh dan bisa menyerang telinga. Untuk mencegahnya, imunisasi pada bayi atau balita harus dilakukan.
Berbagai sumber

TULI DAN KELAHIRAN PREMATUR

Telinga dapat berkembang normal di sepanjang masa kehamilan tetapi bisa rusak selama beberapa hari atau minggu pertama dari kehidupan bayi. Koklea (rumah siput) adalah organ yang sangat rentan dan sensitif, serta sangat mudah rusak bila si bayi kurang mendapatkan oksigen atau juga karena kadar bilirubin yang tinggi dalam darah. Bayi yang lahir prematur berarti bayi yang lahir sebelum waktunya. Bayi yang lahir prematur sering berwarna biru-kebiruan. Tampak biru-kebiruan karena bayi tersebut kurang mendapat suplai oksigen. Bayi itu perlu dirawat dalam inkubator supaya oksigen si bayi tercukupi. Beberapa bayi tersebut ada yang berwarna kuning disebabkan oleh meningkatnya kadar bilirubin di dalam sistem darah yang belum sempurna. Bayi tersebut akan dirawat dengan fototerapi.

Bayi pada kelahiran prematur seringkali mengalami masa awal kehidupan yang sangat menderita dan kadang bisa mengalami kerusakan pada organ telinga yang menimbulkan tuli sensorineural permanen. Setiap bayi mempunyai sensitivitas dan daya tahan yang berbeda terhadap suplai oksigen dan bilirubin yang tinggi.

Berbagai sumber

TULI BAWAAN/GENETIK


Tuli genetik atau tuli bawaan disebabkan oleh faktor keturunan atau faktor gen. Penyebabnya sebenarnya hanya ditemukan kurang lebih 50% tuli pada bayi. Beberapa kasus ini, terlihat adanya garis riwayat ketulian di keluarga besar. Ada gen yang berasal dari ibu atau ayah, maupun keduanya. Juga bisa gen yang berasal dari nenek-kakek yang mungkin pernah tuli pada waktu masa anak-anak, bahkan pada waktu sejak lahir. Riwayat tuli keluarga pada waktu sudah tua, tidak berhubungan dengan si bayi yang tunarungu.

Bila riwayat tuli memang kuat, maka penyebab tuli kemungkinan besar karena faktor genetik. Ahli-ahli genetik biasanya dapat memeriksa hal ini secara terperinci dan akan dapat memberi kesimpulan pada tentang bayi dari keluarga tersebut yang nantinya akan lahir dengan cacat yang sama.

Bila ibu dan ayah dari bayi ini mempunyai gen rensesif dari tuli, maka gen tuli itu tidak terlihat pada anggota keluarganya. Penggabungan gen rensesif ini tetap diperkirakan bahwa gen inilah yang merupakan penyebab tuli pada bayi tersebut yang tidak diketahui penyebabnya. Dokter bisa meneliti pembentukkan genetik sampai luas tertentu sehingga dapat memperkirakan kemungkinan perkembangannya.

Deteksi pendengaran pada bayi yang baru lahir sangat dianjurkan. Deteksi pendengaran pada bayi sudah bisa dilakukan pada bayi yang sudah berumur kurang dari 3 tahun. Kalau perlu sebaik pada waktu 1 tahun. Lebih baik lagi dilakukan pada bayi yang sudah berumur 2 hari.

Tidak ada respon terhadap suara atau bunyi dan tidak mampu bicara pada bayi yang usianya seharusnya sudah bisa merespon dan meraban, inilah pertanda bahwa bayi tersebut menderita kelainan pendengaran atau adanya gangguan pendengaran. Misalnya; bayi tidur lelap meskipun di sekitarnya ada suara yang keras atau jika menginjak setelah 6 bulan, bayi tersebut masih belum bisa mengoceh dan tidak memberi respon ketika didengarkan bunyi-bunyian. Jika hal itu terjadi, sebaiknya bayi tersebut dibawah ke dokter THT.

Gangguan pendengaran yang berat pada bayi akan mempengaruhi kemampuan berbicara dan perkembangan bayi di kemudian hari. Pada usia balita merupakan usia yang emas untuk perkembangan bahasa dan wicara, juga kemampuan berpikir. Semakin dini melakukan deteksi dan intervensi terhadap pendengaran balita, akan semakin besar harapan mereka ke lingkungan pendengaran normal.

Sebenarnya tuli sejak lahir bisa diupayakan dengan regenerasi sel rambut dengan terapi gen. Pada tuli genetik ini, sel rambut dalam koklea sangat rentan terhadap gangguan homeostatis dan cenderung mati jika mereka tidak bisa berfungsi dengan normal. Sel rambut yang sudah mati, tidak dapat digantikan lagi secara alami. Karenanya, mengobati bisa dilakukan dengan mendorong sel rambut baru untuk tumbuh dari jenis lain. Bentuk terapi gen yang berupa pengenalan versi normal gen yang berefek terhadap sel yang sesuai dan berharap sel tersebut akan tumbuh dan akan mnggunakan versi normal ini. Pendekatan alternatif adalah pemberian obat yang memiliki akses langsung ke sel target.
Berbagai sumber

TULI SENSORINEURAL

Tuli sensorineural disebabkan oleh kelainan atau kerusakan pada koklea (rumah siput), saraf pendengaran dan batang otak sehingga bunyi tidak dapat diproses sebagaimana mestinya. Perlu diketahui bahwa untuk mendengar dan mengerti suatu bunyi diperlukan suatu proses penghantaran, pengolahan di telinga dalam, dan dilanjutkan dengan interpretasi bunyi (di otak). Kadang dijumpai suatu kasus fungsi penghantaran dan pengolahan baik, namun karena ada gangguan di otak, maka bunyi tidak dapat diartikan.

Tuli sensorineural biasanya timbul sejak lahir dan dapat mengenai satu telinga atau kedua telinga. Ketajaman pendengaran tidak selalu sama pada kedua telinga. Sangatlah penting untuk memeriksa ketajaman pendengaran di kedua telinga secara terpisah. Bila ada perbedaan ketajaman pendengaran yang terlalu signifikan pada kedua telinga, test pendengaran mungkin akan memberikan hasil yang membingungkan. Bila diperkirakan bahwa ada perbedaan antara kedua telinga, maka “telinga yang lebih baik” harus diberikan dengan memberikan bunyi yang keras. Tindakan ini disebut masking. Bila ini tidak dilakukan, maka gelombang suara yang masuk ke telinga lebih buruk akan dihantar melalui tulang tengkorak dan diterima oleh telinga yang sehat. Orang tersebut tidak akan menyadari perjalanan gelombang suara dan dapat merespon seakan-akan dia mendengar suara dengan jelas pada telinga yang buruk. Hal ini dapat memberi hasil yang membingungkan.

Untuk mengetahui penyebab tuli sensorineural itu sulit karena hampir 50% penyebab dari tuli saraf sejak lahir tidak diketahui dengan pasti. Pada bayi yang berusia 0-28 hari ada beberapa faktor resiko yang dicurigai sebagai gangguan pendengaran. Meskipun demikian, hasil dari beberapa penelitian terhadap bayi yang mempunyai faktor resiko hanya sekitar 40-50% saja yang mengalami ketulian.

Tuli sensorineural dapat timbul pada satu atau kedua telinga sejak lahir sampai lanjut usia. Ada berbagai penyebab tuli ini dan beberapa diantaranya yang sering ditentukan akan dibicarakan di sini. Faktor-faktor resiko tinggi yang penyebab tuli sensorineural yaitu:
1.Tuli Bawaan (Genetik).
2.Tuli Rubella.
3.Tuli dan Kelahiran Prematur
4.Tuli Ototosik.

Berbagai sumber

TULI


Seperti yang pernah kami katakan pada artikel sebelumnya tentang telinga. Kita sudah mengetahui dan memahami seluk beluk dan sistem kerja pada telinga kita. Namun ada orang yang sering kali bertanya, mengapa saya bisa menjadi tunarungu? Mengapa mereka bisa tunarungu? Pertanyan ini mendorong kita untuk mencari tahu penyebabnya.


Bahkan ada orang tersebut menggugat kepada Tuhan bahwa mengapa saya harus seperti ini. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita membahas tentang ketulian dan penyebabnya. Saya ingin mengupas dan menelaah tentang penyebab-penyebab dan jenis-jenis ketulian.


Mungkin setiap orang sering bertanya pada diri sendiri, mengapa ada tunarungu? Kok, saya bisa menjadi tunarungu? Ada apa di telinga? Semua akan dibahas di sini.


Pengertian tuli


Dalam kamus besar bahasa Indonesia, tuli berarti tidak dapat mendengar suara atau bunyi. Tuli mungkin merupakan kata yang tampak kasar dan terlalu terbuka. Mereka lebih suka menggunakan istilah tunarungu. Akhir-akhir ini banyak yang lebih suka menggunakan istilah yang baru yaitu hendaya pendengar. Meskipun begitu, karena tuli merupakan istilah yang lebih sering digunakan di dunia kedokteran, maka saya terpaksa menggunakan istilah ini.


Setiap penderita mempunyai jenis ketulian yang berbeda tergantung penyebabnya. Sangatlah penting untuk mengetahui bahwa ada 3 tipe tuli yang berbeda. Hal ini sangat penting karena tanpa mengenal tipe ini, kita tidak dapat mengetahui apa jenisnya dan tidak dapat membantu penderita tersebut. Ketiga tipe itu, yaitu: tuli sensorineural, tuli konduksi dan tuli campuran.


Tuli sensorineural berarti tuli yang berhubungan dari telinga dengan urat syaraf. Terjadi bila ada gangguan pada model sentral sampai garis yang memisahkan telinga dalam dengan koklea, misalnya: gangguan pada koklea. Karena ada ganguan pada koklea yaitu di saraf pendengaran atau di hubungan sentral, maka penderita ini tidak akan normal lagi. Tipe inilah yang disebut tuli sensorineural.


Tipe ini paling sering berhubungan dengan bayi yang penderita tunarungu dan juga dengan proses ketuaan. Jenis ini sebagian besar sulit atau tidak dapat disembuhkan karena masalahnya terletak di sarafnya


Tuli konduksi terjadi karena akibat ketidaksempurnaan atau tidak berfungsinya organ telinga yang berperan sebagai menghantarkan bunyi dari luar telinga ke telinga dalam. Keadaan ini berarti bahwa ada sesuatu yang menggangu mekanisme penghantaran suara dari udara di luar melalui liang telinga ke telinga dalam. Tipe ini dapat diobati dan bisa diperbaiki ke taraf pendengaran normal


Tui campuran terjadi apabila ada komplikasi di telinga yaitu akibat tuli sensorineural dan tuli konduksi yang terjadi secara persamaan.

Berbagai sumber

TELINGA

Indra pendengar merupakan indra yang sangat penting bagi manusia. Indra pendengar adalah telinga. Telinga adalah salah satu panca indera penting yang dimiliki manusia. Indera ini berfungsi sebagai alat pendengaran dan keseimbangan tubuh. Dalam menjalankan fungsinya sebagai alat pendengaran dan keseimbangan tubuh, Tuhan telah menciptakan telinga dan susunan yang sangat menakjubkan. Telinga terdiri dari 3 bagian, yakni: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. 
TELINGA LUAR (OUTER EAR)
Telinga luar atau juga disebut bagian penangkap, mulai dari daun telinga (pinna) sampai membran timpani (tympanic membrane). Telinga luar terdiri atas: daun telinga (pinna), liang (lubang) telinga (external auditory meatus), dan selaput timpani yang biasa disebut gendang telinga (tympanic membrane). Telinga luar ini berfungsi untuk menangkap bunyi.
TELINGA TENGAH (MIDDLE EAR)
Telinga tengah atau juga disebut bagian penghantar. Bagian ini mulai dari membran/selaput timpani sampai fenestra ovali. Di sini terdapat osikel/tulang-tulang pendengaran, yaitu: tulang martil (malleus), tulang landasan (incus), dan tulang sanggurdi (stapes). Di dalam saluran tengah juga terdapat saluran yang menghubungkan antara tulang telinga dengan rongga faring, yaitu pembuluh/saluran eustachius (Eustachian tube). Telinga tengah berfungsi meneruskan dan memperkuat intensitas bunyi.
TELINGA DALAM (INNER EAR)
Telinga dalam atau bagian penerima terdiri dari tingkap oval (tingkap jorong), tingkap mulut, tiga saluran setengah lingkaran (saluran semisirkularis), dan koklea yang biasa di sebut rumah siput. Juga terdapat berisi organ korti sebagai penerima bunyi.
Ketiga bagian itu berkerja sama menangkap gelombang bunyi dan menjadikan bunyi yang nyata.
CARA KERJA TELINGA
Daun telinga atau pinna berfungsi untuk mengumpulkan gelombang suara atau bunyi (anda tahu, biasanya dengan nada berbisik, anda sering meletakkan tangan anda di belakang telinga untuk memperjelaskan pendengaran). Saluran di liang telinga tidak lurus, hal ini sangat membantu dalam mencegah masuknya objek yang tajam yang dapat merusak struktur lebih dalam. Saluran ini melengkung dan sepertiga luarnya terbentuk dari tulang rawan, sedangkan duapertiga dalamnya terdiri dari tulang.
 Daun telinga sebagian
besar terdiri atas jaringan tulang rawan yang rumit, jaringan ikat dan lemak yang ditutupi oleh kulit. Seluruh jaringan dikelilingi kulit yang memiliki ujung saraf sangat sensitif. Akan terasa sakit bila telinga ini mengalami kerusakan. Kelenjar minyak atau kelenjar serunimus hanya terdapat sepertiga di liang telinga. Minyak ini membantu melumasi kulit dan melindungi telinga dari debu atau kotoran lainnya dan benda asing. Minyak ini berwarna coklat tapi bahan ini tidak kotor.kita biasa menyebut ini sebagai kopoken. Ada pegerakan alami dari permukaan kulit di liang telinga keluar membawa minyak ke luar telinga. Kita sebaiknya tidak perlu memasukkan kapas atau kertas tisue ke dalam telinga untuk membersihkannya. Menjejalkan kertas atau kapas ke dalam telinga merupakan tindakan yang salah karena dapat menyumbatnya dan kotoran malah akan terdorong lebih dalam.
Liang telinga ini sebagai penghantar gelombang suara atau bunyi dari luar telinga ke gendang telinga (selaput timpani). Selaput timpani ini terletak 1,5 inchi atau 3cm dari ujung luar liang telinga. Selaput timpani ini terbentuk dari 3 lapis tipis, satu diantaranya merupakan jaringan elastis. Ini berfungsi sebagai permukaan gendang. Selaput timpani akan bergerak dan merangsang proses penghantar suara/bunyi dari ke telinga tengah. Selaput timpani/gendang telinga ini sangat tipis dan mudah rusak atau berlubang bila kerusakan langsung atau akibat infeksi yang menyerang telinga. Bila terjadi, akan menimbulkan ketulian karena gelombang suara gagal menghasilkan gerak resonansi normal dari gendang telinga.
Selaput timpani memisahkan saluran telinga dari bagian lain yang disebut telinga tengah. Di dalam telinga tengah terdapat ruang yang mengandung udara dan tulang kecil yang biasa disebut osikel. Di ruangan ini menghubungkan dengan bagian luar melalui faring dari telinga tengah ke bagian belakang hidung. Faring ini disebut saluran eustachius. Ini memungkinkan tekanan yang ada di telinga tengah sama besarnya di atmosfer.
Bagi yang sudah pernah naik pesawat, anda sudah tahu bahwa bila anda naik pesawat terbang dalam keadaan demam, saluran eustachius akan tersumbat dan anda akan merasakan sakit yang hebat pada telinga anda karena tekanan di tengah telinga berbeda dengan tekanan atmosfer di pesawat terbang tersebut.
Keadaan ini juga terjadi pada waktu menyelam atau berenang. Bagi yang penyelam, tidak diperbolehkan menyelam ke dalam air karena akan merasakan sakit yang hebat di telinga bila air masuk ke telinga.. Otot yang membuka saluran eustachius yang berasal dari palatum ini akan tidak berfungsi dengan baik. Itulah mengapa tindakan mengunyah permen karet ketika pesawat lepas landas. Mengunyah permen akan membantu membuka saluran eustachius, sekaligus membantu menyeimbangkan tekanan di telinga.
Osikel jumlahnya ada 3, yaitu: tulang martil (malleus), tulang landasan (incus), dan tulang sanggurdi (stapes). Tulang martil ini melekat pada selaput timpani dan berfungsi menghantar gelombang suara/bunyi dari selaput timpani ke koklea. Osikel atau tulang-tulang ini saling bersentuhan. Tulang-tulang ini bekerja menurut prinsip ungkit. Tulang-tulang ini berfungsi untuk meperbesar gelombang suara.
Di bagian dalam terdiri dari tulang yang berbentuk siput, cairan dan beratus-ratus ujung saraf yang sensitif. Bila gelombang suara/bunyi yang dihantarkan oleh osikel, cairan yang ada di dalam akan bergerak sebagai respon dari gelombang bunyi/suara dan ujung saraf akan mengubahnya menjadi rangsang listrik yang berjalan ke pusat pendengaran di otak. Proses sebelumnya menggunakan tenaga mekanik, selanjutnya berubah menjadi tenaga listrik yang disampaikan ke otak, sehingga manusia bisa mendengarkan bunyi yang nyata.
Telinga merupakan komponen yang sangat sensitif. Komponen-komponen ini mudah mengalami kerusakan. Kerusakan bisa terjadi karena kurang sempurnanya komponen-komponen telinga, trauma, dan infeksi. Bila kerusakan ini terjadi, kita dapat menjadi tuli.
Seperti sudah disebutkan di atas telinga juga berfungsi sebagai alat keseimbangan tubuh. Pada masing-masing pangkal saluran setengah lingkaran (saluran semisirkularis) terdapat alat yang berguna memberitahu perubahan arah gerak badan, yang disebut reseptor kesimbangan. Reseptor keseimbangan terdapat dalam kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus.
Kanalis semisirkularis (Semicircular Canals)
Suatu struktur yang terdiri dari atas 3 tulang setengah lingkaran, tersusun menjadi satu kesatuan dengan posisi berlainan, yaitu ada yang horisontal, vertikal atas, dan vertikal belakang. Setiap kanalis berisi endolimfe dan setiap pada pangkalnya membesar disebut ampula, dan berisi reseptor keseimbangan yang disebut eristae ampularis. Kelembaban endolimfe yang terdapat dalam kanalis semisirkularis akan bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah putaran. Kanalis semisirkularis merupakan keseimbangan dinamis, artinya memberikan respon terhadap pemutaran tubuh
Utrikulus dan sakulus
Utrikulus dan sakulus merupakan alat keseimbangan statis (stateroseptor) yaitu berfungsi memberikan respon terhadap perubahan kedudukan tubuh. Misalnya: tegak, miring, dan lainnya.pada dasar urikulus terdapat makula (organ otolith). Kedudukan otolith ini akan berubah bila posisi kepala berubah.
Berbagai sumber

Minggu, 06 Desember 2009

ALAT BANTU DENGAR

Semua anak tunarungu diketahui masih memliki sisa pendengaran. Hal ini sudah dikemukan di artikel desibel. Anak tunrungu yang tidak dapat atau kurang dapat mendengar, dunianya akan terasa sepi dan sunyi. Anak tersebut juga tidak dapat mendengar merdunya suara kicauan burung, merdunya nanyian Afghan dan Krisdayanti, dan alunan musik yang mengalun indah. Akibat dari itu, anak tunarungu selalu merindukan suara dan bunyi.
Untuk mendengarkan berbagai macam suara dan bunyi maka alat bantu dengar sangat diperlukan. Dengan memakai alat bantu dengar anak tersebut dapat merasakan suara dan bunyi yang nyata. Ada alat itu, anak tersebut bisa mengontrol suaranya yang akan menjadi lebih baik dan jelas, dan juga bisa mendengar percakapan lawan bicaranya. Alat bantu dengar memanusiakan anak tersebut karena anak tunarungu menemukan dunia yang telah lama hilang, yaitu dunia bunyi. Dengan adanya bunyi, anak tersebut dapat memaknai hidupnya.
Untuk berbicara dengan huruf vokal, kita mengeluarkan 65% energi dan 35% energi untuk huruf konsonan. Bagi anak tunarungu, mereka kesulitan membedakan antara huruf konsonan dengan huruf vokal. Untuk mengatasinya, perlu memakai alat bantu dengar.
Alat bantu dengar adalah mesin atau alat yang memperkeras bunyi, tetapi tidak dapat menggantikan telinga. Alat ini sangat bermanfaat bagi orang tunarungu. ABD (alat bantu dengar) hanya dapat memperkeras suara tetapi tidak dapat meperjelas suara tersebut. Anda pernah memakai headset dari komputer, i-pod, atau HP? Sistem kerjanya kurang-lebih hampir sama dengan ABD itu.
Sebelum memakai ABD, telinga harus diperiksa dan ditest dahulu. Diperiksa dengan memakai audiometer. Hal ini untuk mengevaluasi ketepatan pemilihan ABD agar sesuai dengan telinga dan ketajaman pendengaran anak tersebut. Dengan memakai ABD dan earmould (acuan telinga) yang benar, anak tersebut akan betah memakai abdnya.
Ada orang yang berpikir, bila menggunakan ABD, dia akan menjadi bergantung (ketagihan) pada alat itu. Bila terlalu lama memakai abd akan menyebabkan orang tersebut menaikkan volumenya menjadi makin keras dan kuat. Hal ini akan menyebabkan ketajaman pendengarannya akan menjadi turun dan lemah.
Anggapan ini sama sekali tidak terbukti. Menurut pakar audiologik, hasil pemeriksaan anak yang memakai abd ternyata sebagian besar telah mengalami kenaikkan kemampuan dengar yang cukup signifikan yang kadang diluar kemampuan. Bunyi yang berasal dari ABD akan merangsang saraf di dalam telinga. Akibatnya, telinga tersebut telah mengalami kemajuan/peningkatan fungsi pendengaran.

Cara terbaik untuk menggunakan ABD adalah memakainya di sepanjang waktu kecuali pada waktu tidur dan mandi. Tindakan ini akan membuat ABD menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Penggunaan alat ini dapat disamakan dengan kacamata. Bila anda kurang tajam penglihatan pasti akan memakainya disepanjang waktu, bukan hanya dipakai kalau kaki anda menginjak sesuatu.
Alat bantu dengar merupakan sarana penting bagi tunarungu untuk dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan masyarakat. Dan juga memahami dan mendengarkan musik. Abd yang bagus tidak harus selalu yang termahal. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang makin canggih, teknologi abd pun juga ikut makin canggih. Ada alat bantu dengar yang berteknologi dengan multi channel/prosesor, multi penangkap dan pengaruh suara, serta multi mikrofon sehingga memudahkan menangkap suara percakapan dari segala arah sambil menyaring suara berisik. Alat ini juga bisa diatur dengan remote control. Ada alat yang diciptakan dengan teknologi anti feedback (timbal-balik) supaya pengguna dan di sekelilingi tidak terganggu suara mendenging dari abdnya. Ada abd yang ukurannya sangat mini, hanya sebesar jagung dan alat ini di masukkan ke liang telinga sehingga pemakainya tidak malu dan pede.
Penyebab kerusakan pada ABD:
  • Keringat & Air
  • Panas, lembab dan bahan kimia
  • Jatuh atau terbentur benda keras
  • Cairan kimia dari baterai
  • Kotoran telinga
Peralatan perawatan ABD:
  • Kuas kecil
  • Blower
  • Tissue/lap bersih
  • Cutton buds
  • Sabun
  • Drying Kit
Perawatan ABD harian:
  • Membersihkan badan ABD
Setiap selesai memakai lakukan hal berikut:
-          Sebaiknya lepaskan baterai ABD dari tempatnya
-          Lap seluruh permukaan ABD dengan lap halus kering atau dengan tissue kering
-          Pastikan keringat dan air tidak menempel pada badan ABD
-          Jangan gunakan hair dryer untuk mengeringkan ABD
  • Membersihkan lubang microphone
-          Sebaiknya lepaskan baterai ABD dari tempatnya
-          Ambil kuas kecil yang bersih
-          Bersihkan lubang microphone dengan menggunakan kuas kecil
  • Membersihkan earmould dan earhook
-          Lepas selang earmould dari ABD
-          Basuh earmould dengan air hangat dan sabun
-          Bilas earmould dengan air
-          Keringkan earmould (agar hasil lebih baik gunakan blower)
-          Pastikan earmould sudah kering sebelum dipasangkan lagi ke ABD
  • Membersihkan tempat baterai
-          Buka tempat baterai
-          Lepaskan baterai dari tempatnya
-          Ambil cotton bud yang bersih
-          Bersihkan dengan perlahan tempat baterei dengan cotton bud
  • Membersihkan battery contact
-          Buka tempat baterai
-          Lepaskan baterai dari tempatnya
-          Secara perlahan, bersihkan battery contact dengan cotton bud yang bersih
-          Jangan menggunakan cairan apapun untuk membersihkan battery contact
Penyimpanan:
  • Simpan ABD pada tempat yang sejuk dan kering
  • Jauhkan atau lindungi ABD dari panas yang berlebih
  • Simpan ABD pada tempat yang sulit dijangkau anak-anak ataupun binatang peliharaan
  • Lepas ABD ketika menggunakan produk perawatan rambut (hair tonic/hair lotion)
  • Buka tempat baterai dan simpan ABD pada kotaknya
  • Gunakan kotak yang disediakan atau disarankan
Drying Kit, terdiri dari:
  • Kapsul yang berfungsi menyerap dan membuat kering ABD pada kondisi lembab
  • Box drying berfungsi untuk menyimpan ABD
Service Berkala:
  • Dilakukan di pusat pelayanan audiologi
  • Dilakukan maksimal 4 bulan sekali
RUANG TANYA JAWAB

Kalau anak tunarungu diberi alat bantu dengar, apakah dia akan menjadi seperti kita?
Kalau begitu, semua SLB akan ditutup dan semua anak bisa masuk ke sekolah umum. Tetapi kenyataannya, hanya anak yang kurang pendengar dapat mengikuti sekolah umum sesudah dipasang alat bantu dengar. Yang dianggap kurang dengar adalah anak tunarungu yang audiogramnya menunjukkan ketunarunguan dibawah 60dB.
Baik alat bantu dengar jenis kantong, belakang telinga, maupun alat yang dicangkokkan ke dalam telinga rumah siput atau saraf pendengaran, semuanya merupakan alat yang membantu tunarungu. Alat-alat itu mengangkat anak dari dunia yang sunyi ke dalam dunia bunyi. Dengan memakai alat itu, banyak bunyi-bunyian yang bisa mereka dengar dan mereka nikmati. Setelah dilatih, baik melalui artikulasi atau BBPI (Bina Bunyi Persepsi dan Irama), mereka dapat mengenal dan membedakan berbagai macam bunyi dan suara. Mereka akan mencari sumber bunyi ketika mendengarkan bunyi yang didengarnya.
Perlu diterangkan di sini, meskipun memakai alat mendengar, bila berkomunikasi, komunikasi harus tetap dijalankan dengan saling tatap muka. Mereka juga harus tetap membaca ujaran/ bibir untuk menangkap dan mengerti apa yang disampaikan secara lisan. Alat itu tidak menghilangkan ketunarunguan tetapi hanyalah meningkatkan daya pendengaran.

Bagaimana cara merawat telinga dan alat bantu dengar?
Liang telinga harus sering dibersihkan, terlebih bila orang yang biasa memakai alat bantu dengar. Serumen dan kotoran lain di liang telinga harus dibersihkan dengan berkala. Bila kotoran tersebut sudah terlanjur keras, anak itu sebaiknya dibawa ke dokter untuk dibersihkan secara medis. Hati-hatilah untuk membersihkan telinga. Jangan memakai alat yang tajam dan keras karena dapat merobek gendang telinga dan merusak organ telinga.
Agar alat bantu dengar dapat berfungsi seoptimal mungkin, maka abd yang dilengkapi earmold (acuan telinga) itu harus sesuai dengan bentuk lubang di liang telinga dan daun telinga yang bersangkutan. Earmould bisa terkena kotoran yang berasal dari liang telinga, maka earmould itu harus dibersihkan. Cabut earmould itu dari alat bantu dengar dan rendam earmould itu ke dalam air hangat yang bersabun. Sesudah itu, sikat earmould itu sampai bersih. lap dan keringkan earmouldnya. Setelah itu pasangkan earmold ke alat bantu dengar. Semoga alat bantu dengar anda tetap awet dan tahan lama.

Berbagai sumber

ARTIKULASI

Artikulasi sering disebut dengan bina wicara atau terapi wicara. Bina wicara berarti upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan rangkaian bunyi bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi/tutur kata/bicara. Pengertian artikulasi “menurut” “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah:
Lafal, pengucapan kata.
Perubahan rongga dan ruang dalam saluran suara untuk menghasilkan bahasa.

Bina wicara juga berarti membangun/membentuk dan mengusahakan wicara atau bunyi bahasa agar semakin baik dan jelas. Anak yang sudah belajar bina wicara akan dapat berbicara dengan jelas dan tepat. Lawan bicara dapat memahami maksud yang disampaikan oleh anak tunarungu. Anak yang berhasil dapat berkomunikasi dan berintegrasi dengan orang yang berpendengar normal.

Anak tunarungu sering salah melafalkan atau mengucapkan kata pada waktu berbicara atau membaca. Untuk mengatasinya anak tersebut perlu mengikuti pelajaran artikulasi. Anak tersebut harus diberikan speech correction yaitu pembetulan fonem-fonem. bagi SLB yang belum punya guru artikulasi, setiap guru diwajibkan mampu membetulkan dan membina ucapan muridnya sehingga murid dapat berbicara dengan benar dan jelas.

Pada waktu membina wicara, guru tidak hanya dituntut membetulkan fonem-fonem, guru juga harus bisa membangun fonem anak tersebut (speech building). Guru artikulasi juga harus mampu bertindak sebagai artikulator. Pelajaran artikulasi sebaiknya dilakukan secara khusus di ruang sendiri dan tiap-tiap anak akan mendapatkan giliran untuk belajar artikulasi. Pelajaran artikulasi sebaiknya dimulai sejak dini, yaitu pada waktu anak pertama kali masuk sekolah.

PROSES PELAJARAN ARTIKULASI

Anak tunarungu diketahui lebih mudah mengucapkan vokal daripada konsonan. Anak akan disuruh meniru ucapan guru. Guru akan mengucapkan vokal dasar berurutan, yaitu a-e-i-o-u, anak tersebut akan mengucapkannya secara berulang-ulang. Gurunya akan mengusahakan untuk membantu menggetarkan pita suara anak tersebut. Berilah pujian bila anak ini sudah bisa mengucapkannya dengan benar. Hal ini akan membuat anak tersebut menjadi percaya diri dan lebih bersemangat.

Pada waktu pertama kali belajar artikulasi, vokal “a” dapat digunakan pada waktu itu. Mengajarkan vokal “a” tidak hanya disuruh melafalkan atau menirukan “a” saja tetapi ditunjuk dalam kata yang konkrit. Artinya sebagai simbol nama suatu benda yang mudah diragakan, mudah diingat dan selalu ada di sekitarnya. Dalam pelajaran artikulasi digunakan dengan medote “Global Kata”. Menghubungkan benda dengan namanya bisa melalui tulisan.

LANGKAH-LANGKAH ARTIKULASI

  1. Pilihan pertama dalam Bahasa Indonesia untuk mengajar artikulasi yang berisi vokal “a” ialah “apa”. Ujaran a adalah huruf utama dan p adalah huruf pengantar saja.
  2. Mengajarkan vokal “i” dalam kata “ibu”.
  3. Konsonan “b” dan “t” dalam kata pilihannya “bata”. Dilanjutkan dengan “batu” untuk latihan. Suara letupan lebih mudah diucapkan daripada suara konsonan-konsonan lain.
  4. Konsonan “p” dalam “api”. Untuk latihan memperdalam pembentukan suara ujaran, pilihlah dengan kata “pipi”, “pipa”, “pita”, “papi”, “tupai”.
  5. Mengajarkan vokal “e” dalam kata “debu".
  6. Konsonan “p”, konsonan pada akhir kata. Contoh; “atap”.
  7. Suara ujaran sekarang ialah “s” dengan kata “tas”.
  8. Konsonan “d” dalam kata “dua”. Dilanjutkan dengan latihan dengan kata “dadu”, “padi”, “dari”.
  9. Sesudah itu dilanjutkan dengan konsonan “m” dalam kata “dam’. Kata-kata untuk latihan yaitu:”mata”, “asam”, “bambu”, “sumbu”, “timba”.
  10. Dilanjutkan lagi dengan vokal “o” dan konsonan “l”. kata yang dipilih ialah “bola”, “mobil’.
  11. Konsonan “k” dalam kata kapal. Dilanjutkan dengan kata “ketam”, “katak”, “kuda”, “aku”, “paku”.
  12. Konsonan “n “dalam pilihan “bulan”, dilanjutkan dengan “pintu”, “daun”, “nasi”, “nanas’.
  13. “ng” dalam istilah “tang”, “pisang”, “telinga”.
  14. Bersama “c” dalam kata “cabai”, “kacang”, “celana”, “peci”, “kaca’.
  15. “e” dengan “becak”, “ketela”, “kecap”, “tenda”.
  16. “g” dalam “tiga”, “gigi”, “tugu”, “tangga”, “rongga”.
  17. Seni vokal “y”. “payung’, “gayung”, “layu”, “ayun”.
  18. Konsonan “h”, yaitu “paha”, “panah”, “pohon”, “sepuluh”.
  19. “j” dengan kata “meja”, “jagung”, “gajah”, “tujuh”.
  20. “r” dengan kata “ular”.
  21. “o” dengan “botol”.
  22. Di sini konsonan“w”. “sawah”, “kawat”, “gawang”.
  23. Yang terakhir seni konsonan “ny”, yaitu “nyamuk”, “kunyit”.

Pelajaran artikulasi di atas sudah dibahas tetapi ada yang belum termasuk ke dalam bahan artikulasi yaitu; “z”, “kh”, ‘f”, dan “u”. Kata ini boleh ditambahkan ke dalamnya, bisa dilakukan apabila ada kata dengan huruf tersebut. Pada waktu mengajarkan artikulasi, pilihlah kata yang konkrit dan mudah diragakan. Bisa melalui dengan benda yang sesungguhnya, dengan tiruannya dan dengan gambarnya. Bila mengajar artikulasi dengan kata yang abstrak dan tidak punya arti, akan mengakibatkan anak tunarungu sukar memahami dan mengingatnya. Anak tunarungu cenderung polos, lebih percaya dan lebih paham hal-hal yang konkrit.

Bahasa tersebut merupakan suatu pedoman yang mutlak yang artinya tidak harus kata yang sesuai dengan urutan tetapi dapat sesuai dengan keadaan dan kemampuan anak tersebut. Misalnya, anak tidak dapat mengucapkan “a” tetapi dia bisa mengucapkan “u”. Mungkin anak tidak sengaja mengucapkan “u” dengan benar, mulainya mengajar dengan “u’. Kata pilihan terserah kepada guru.

Anak yang sudah dapat menyelesaikan artikulasi, belum tentu menjamin bahwa anak tersebut sudah betul ucapannya. Mereka kadang tidak dapat mengontrol ucapannya sendiri. Pada waktu membaca kalimat yang panjang akan membuat ucapannya lebih kabur lagi. Satu-satu jalan yang terbaik ialah bila anak salah mengucapkan kalimat, ucapan tersebut harus diucapkan secara berulang. Semakin banyak berulang akan semakin baik dan lancar wicaranya.

Guru kelas wajib memantau dan memperhatikan anak yang sudah selesai belajar artikulasi, apakah anak tersebut memang sudah bagus dalam wicara atau tidak. Bila terjadi, guru berusaha mebetulkan wicaranya. Bila anak tersebut masih tetap saja sukar pelafalan kata yang benar dan akan memakan waktu yang lama untuk membetulkan fonem anak tersebut. Anak ini lebih baik di kirim lagi kepada guru artikulasi. Ucapannya harus dibetulkan dengan seksama. Anak akan dilatih dengan latihan yang lebih banyak.

PERTANYAAN-PERTANYAAN TERHADAP TUNARUNGU

Bagi orang yang sama sekali belum tahu tentang ketunarunguan, sering muncul pertanyaan-pertanyaan tentangnya. Kami berusaha menjawab sebaik mungkin. Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan, yaitu sebagai berikut:

Apakah anak bisu tidak bisa bicara?

Maaf, memang pertanyaan ini demikian sering dipertanyakan tetapi sebetulnya yang dimaksud dengan anak tunarungu. Kalau yang dimaksud adalah anak bisu, jawabannya ya, anak tersebut memang tidak dapat berbicara. Kalau yang dimaksud anak tunarungu, jawabannya bisa. Mengapa bisa? Organ bicara atau alat ucap anak tunarungu itu sebetulnya normal. Organ bicara anak tunarungu dapat dibentuk dan dapat digerakan dengan konsep vokal/konsonan sesuai yang dikehendaki. Suara anak tunarungu tidak bisa dituntut untuk bisa nyaring/jelas seperti layaknya suara orang yang berpendengar normal. Ada anak tunarungu sudah fasih berbicara dengan jelas dan lancar.

Mengapa anak tunarungu cenderung bisu atau walaupun sudah di didik dan bisa bicara tetapi ucapannya tidak jelas?

Anak berpendengar normal pun bila hidup sendiri dan tidak pernah mendengar bunyi bahasa orang lain sekaligus tidak pernah bicara, maka anak tersebut bisu. Ucapan anak tunarungu ada yang mudah dipahami dan ada yang pula sulit dipahami. Hal ini tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Ucapan anak tunarungu sulit dipahami terlebih orang yang baru pertama kali kenal dengan suara anak tunarungu. Bagi yang sudah terbiasa bergaul dengan anak tunarungu, misalnya; gurunya bisa memahami apa yang diucapkan oleh anak tunarungu tersebut.

Orang yang baru kenal, anak tunarungu biasanya akan berusaha membentuk bunyi kata-kata atau ucapan dengan mati-matian dan kadang-kadang tidak bisa mengontrol bunyinya sendiri. Bagi yang sudah kenal, anak tersebut dapat leluasa menyampaikan bunyi bahasanya terhadap lawan bicaranya.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran artikulasi atau kejelasan wicara anak tunarungu?
Faktor-faktor yang mepengaruhinya sebetulnya banyak sekali, antara lain:

a) Awal layanan.
Semakin dini anak memperoleh pelayanan wicara, anak tersebut akan semakin baik dalam wicara. Bila anak setelah usia belasan tahun baru memperoleh layanan wicara akan semakin banyak mengalami kesulitan. Organ bicaranya sudah mengalami kekakuan.

b) Kemampuan dengarnya.
Semakin berat ketunarunguannya, semakin sulit dan semakin buruk ucapannya karena anak tersebut semakin tidak mampu mengontrol ucapannya. Semakin ringan ketunarunguannya akan semakin jelas dan mudah dipahami ucapannya.

c) Inteligensinya.
Anak yang inteligensi tinggi akan cepat memahami pelajaran, selalu ingat fonem-fonem yang telah dipelajari yang telah dikuasainya dan cepat dapat mengucapkan dengan benar. Anak tersebut cepat membuat kesimpulan sehingga lancar dalam percakapan. Anak yang inteligensi rendah akan membuat anak tersebut mudah lupa fonem-fonem yang sudah pernah bisa diucapkan dan juga sulit mengasimiliasikan antar fonem sehingga sering mengalami distorsi atau penyimapangan ucapan.

d) Kemauan dan Motivasi.
Anak yang memiliki kemauan dan motivasi yang besar, pelajaran artikulasi dirasa akan menyenangkan dan merasa butuh. Anak tersebut tidak terasa berat dan terpaksa. Orang tua atau guru sebaiknya memberi motivasi kepada anak yang bersangkutan untuk berkomunikasi agar anak tersebut menjadi terbiasa dan ucapan lafalnya akan menjadi benar dan jelas.

e) Faktor guru.
Guru artikulasi sebaiknya memiliki organ wicara normal, pendengaran tajam, memiliki teknik-teknik artikulasi, kreatif dan dedidaksi tinggi.

f) Frekuensi latihan.
Semakin sering anak memperoleh latihan wicara akan semakin jelas ucapan anak tersebut.

g) Situasi.
Pelajaran artikulasi perlu ruangan khusus yang tidak banyak terpengaruh oleh lingkungan sehingga perhatian anak tersebut tidak terbagi dan terganggu. Di ruangan artikulasi sebaiknya jangan terpampang hiasan atau gambar-gambar yang menarik perhatian karena akan menggangu konsentrasi anak tersebut.

h) Alat Bantu Artikulasi.
Guru artikulasi dituntut harus berkreatif untuk memakai dan membuat alat bantu artikulasi. Karena setiap anak tidak sama sifat, kepekaan dan kemampuannya.

i) Alat Bantu Dengar.
Anak tersebut sebaiknya terus memakai alat bantu dengar supaya anak tersebut dapat mendengarkan dan mengontrol bunyinya sendiri.
Masih banyak lagi ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pekerjaan artikulasi bagi anak yang bersangkutan.

Pada dasarnya bahasa ibu anak tunarungu adalah bahasa isyarat. Bahasa lisan merupakan bahasa asing dan kadang tidak bisa dinikmati oleh anak tunarungu. Anak tersebut akan merasa dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan bahasa lisan. Dalam berbicara, setiap anak tunarungu berusaha mengucapkan fonem dengan benar agar maknanya jelas. Hal ini memang berat bagi anak dan mengeluarkan banyak energi. Meskipun begitu, nanti lama-lama anak tersebut menjadi terbiasa dan fasih menggunakan bahasa lisan dengan benar dan jelas.

DESIBEL

Di setiap orang mempunyai tingkat ketajaman pendengaran yang berbeda. Ada orang yang pendengarannya baik, juga ada yang kurang, dan ada yang pula buruk. Satuan yang dipakai untuk menyatakan kemampuan pendengar disebut desibel. Desibel biasanya disingkat menjadi db.

Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketajaman pendengaran digunakan audiometer. Audiometer adalah alat untuk mengukur kemampuan pendengaran yang bersangkutan. Tingkat pendengaran dapat dibedakan menjadi:

Kehilangan pendengaran antara 20db-30db.

Anak yang kehilangan kemampuan pendengaran pada tingkat ini, anak tersebut sudah tidak dapat dikatakan baik, tetapi juga tidak bisa dikatakan jelek. Dalam percakapan sehari-hari, anak tersebut akan mengalami sedikit kesukaran dalam berkomunikasi dan juga sedikit terjadi miss-komunikasi. Pada tahap ini sudah tidak mampu mendengar suara yang lemah atau nada biasa. Untuk dapat mendengar lebih jelas, mau tidak mau bicara harus cukup keras dan juga mengulang beberapa kata.

Mereka juga tidak terlalu sukar untuk berkomunikasi dan bisa berinteraksi terhadap orang yang berpendengarannya normal. Mereka juga bisa belajar bahasa secara efektif. Sebaiknya mereka dikenakan alat bantu dengar supaya lebih baik dalam berkomunikasi.

Kehilangan pendengaran antara 30db-40db.

Pada tingkat ini , anak tersebut masih mampu mengontrol suaranya sendiri. Juga tidak mengalami kesulitan dalam menyampaikan isi hatinya dengan bahasa lisan.

Dalam percakapan biasa sering mengalami kesulitan, sehingga anak tersebut kadang-kadang mendekatkan diri dengan perhatian serius. Mereka juga tidak bisa mendengar percakapan dengan cara lebih dari 6 meter. Kalau tidak mendapatkan bimbingan dalam terapi wicara atau artikulasi, anak tersebut akan mengalami kelainan bicara.

Untuk mengatasinya, mereka sebaiknya memakai (abd) alat bantu dengar. Dengan memberika perhatian dan pelayanan yang khusus pada mereka, mereka dapat diharapkan masih bisa mengikuti pendidikan di sekolah umum.

Kehilangan pendengaran antara 40db-60db.

Kemampuan pendengar pada tingkat ini hanya dapat mendengar percakapan yang keras pada jarak dekat. Mereka sudah tidak mampu mendengar suara dengan nada biasa atau detik jam. Mereka juga sering terjadi miss-komunikasi (salah paham) dalam berkomunikasi. Mereka sudah tidak dapat mendengar percakapan lebih dari 3 meter. Kemungkinan besar mereka akan kesulitan mengikuti mata pejaran di sekolah umum karena kurang paham apa yang diajarkan oleh gurunya. Untuk mengatasinya, sebaiknya anak ini menggunakan abd (alat bantu dengar). Anak ini juga sebaiknya dimasukkan ke SLB/B. SLB/B adalah sekolah khusus untuk anak tunarungu.

Dengan sisa pendengaran itu, mereka kadang-kadang mengalami kesalahan dalam mengontrol suaranya sendiri. Itulah sebabnya mereka cenderung menderita kelainan bicara pada ucapan-ucapan tertentu. Misalnya pada huruf g,z,c,y,k.

Kehilangan pendengaran antara 60db-75db.

Anak-anak yang kehilangan pada tingkat ini sudah tidak mampu mengikuti percakapan keras pada jarak dekat. Dalam banyak hal, mereka cenderung tidak dapat mengontrol bicaranya sendiri sehingga apa yang dikatakan sering tidak sesuai dengan maksudnya. Bahasa dan bicaranya sudah tidak dapat berkembang secara spontan. Mereka tidak dapat membedakan huruf mati yang satu dengan huruf mati yang lain. Mereka masih dapat mebedakan huruf hidup. Mereka sebaiknya dimasukkan ke SLB/B. Mereka akan diberikan latihan artikulasi/terapi wicara dan program pendidikan khusus dengan alat yang lengkap.

Kehilangan pendengaran 75db ke atas.

Anak yang sudah mencapai tingkat ini biasanya sudah digolongkan sebagai anak tunarungu. Kemampuan pendengaran pada anak ini sebagian besar telah hilang. Mereka hanya mampu merasakan adanya getaran bunyi yang keras. Mereka juga mengalami kelainan bicara. Bahasa dan bicara sudah tidak dapat berkembang secara spontan. Mereka perlu mendapatkan bimbingan di SLB/B. Di sekolah ini akan diberikan latihan membaca bibir dan pembentukan ucapan yang benar.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons