Jumat, 18 Februari 2011

KEPERCAYAAN DIRI ANAK TUNARUNGU DAN ORANG TUA


Setiap remaja tunarungu pada umumnya mengharapkan agar keberadaannya dapat diterima dengan baik dalam lingkungan masyarakatnya. Remaja yang menderita tunarungu biasanya mengalami hambatan di dalam melakukan tugas perkembangannya, misalnya: berinteraksi dengan teman sebayanya, memainkan peran sosial dalam masyarakatnya, menerima keadaan fisiknya yang tidak sempurna dibanding orang yang normal, dan mempersiapkan perkawinan dengan lawan jenis dalam membentuk sebuah keluarga serta berusaha mencapai kemandirian emosional menjadi orang tua dan dewasa lainnya
Remaja yang tunarungu akan merasa sangat malu, berkecil hati, merasa tidak memiliki kepercayaan diri yang secara otomatis akan mempengaruhi pada keadaan psikologisnya. Karena kondisi tunarungu, kemungkinan akan mempunyai emosi yang labil, mudah tersinggung, mudah ada rasa takut untuk melakukan sesuatu karena ketunarunguannya yang lebih sensitif daripada sikap orang lain.
Dari hasil observasi, mereka mengalami hambatan perkembangan seperti di dalam hal pelajaran, mereka cenderung kurang baik dalam hal berprestasi, merasa tidak percaya diri dalam melakukan suatu hal, kurang berani tampil di depan umum, dalam sikap ada rasa kurang percaya diri, dan ada gangguan emosional terhadap suatu hal yang berkaitan dengan dirinya.
Keadaan tunarungu pada dirinya telah menumbuhkan rasa kurang percaya diri. Banyak orang cenderung merendahkan dan meremehkan keberadaan remaja tunarungu yang dianggap tidak berdaya dan tidak dapat mengerjakan sesuatu yang berarti, dan kaum tunarungu sering didiskriminasi. Semua hal ini memperkuat alasan mengapa anak tunarungu menjadi kurang percaya diri.
Dibalik dirinya terdapat banyak kelebihan dirinya yang tidak kalah dengan orang berpendengaran normal, terutama bagi remaja tunarungu. Kepercayaan diri akan mmbuat orang tersebut bertindak tegas, dan tidak ragu-ragu atau takut mengalami kegagalan. Selalu optimis dalam menghadapi segala sesuatu.
Jika mereka merasa dirinya diterima, maka akan muncul suatu perasaan yang nyaman dan aman untuk melakukan segala hal yang mereka inginkan. Kepercayaan diri merupakan paduan sikap dan keyakinan remaja dalam menghadapi suatu tugas dan pekerjaan.
Kepercayaan diri akan memperkuat motivasi mencapai keberhasilan karena semakin tinggi kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, semakin pula kuat semangat untuk menyelesaikan pekerjaanya. Kepercayaan diri juga membawa kekuatan dalam menentukan langkah dan merupakan faktor utama dalam mengatasi suatu masalah.
Remaja tunarungu selalu merasa takut untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain karena mereka menganggap lingkungan tidak mau menerima keberadaannya. Hal itu sangat rentan bagi mereka. Kalau terus dibiarkan akan menjadi semakin parah, serta remaja tidak akan bisa berkembang maju ke depan.
Remaja tunarungu ini sangat membutuhkan banyak dukungan, bimbingan, dan bantuan dari orang yang ada di sekitarnya, terutama bagi orang tuanya.  Orang tua sangat berperan penting terhadap kondisi anak ini karena pihak ini yang paling mengerti dan paham bagaimana keadaan remaja ini. Meskipun begitu, kebanyakan orang tua sering kebingungan bagaimana mengatasi anak tunarungu ini. Bagi orang tua yang tunarungu, pasti akan paham kondisi anaknya yang tunarungu pula.
Yang paling berpengaruh untuk membentuk kepercayaan diri pada remaja adalah keluarga sendiri. Lingkungan keluarga mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pembentukan kepercayaan diri seseorang. Lingkungan keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian anak. Keluarga merupakan institusi terpenting dalam kehidupan anak remaja tersebut untuk mendapatkan perlindungan, pendidikan, pengajaran, dukungan, dan kasih sayang. Situasi di dalam rumah akan berperan dalam membentuk kepercayaan diri seorang remaja tunarungu adalah hal penerimaan.
KELUARGA
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia di mana dia belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Di mana interaksinya berdasarkan simpati, remaja belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bersama-sama, bantu-membantu, dll. Pengalaman-pengalaman ini turut menentukan pula cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarga dan di dalam masyarakat pada umumnya.
Apabila seorang memperoleh dukungan sosial yang berupa perhatian, kasih sayang, penghargaan, pertolongan, dsb, maka anak tersebut akan merasa ada yang mendukung. Perkembangan sosial dapat memberikan perasaaan bermakna bagi yang menerimanya dan akan mendorong anak tersebut mampu melakukan sesuatu.
Sikap yang tidak mendukung, membenci, dan tidak menerima dalam keadaan dari anak yang menderita tunarungu sebaiknya dihindarkan. Terlebih pada orang tua yang tidak dapat menerima keadaan anak yang tunarungu yang seringkali merasa malu untuk mengakui keberadaannya dengan cara menyembunyikan anak difabel dari dunia luar. Tingkat remaja merupakan suatu masa ketegangan khsusus anak tunarungu beserta orangtuanya. Fase ini sering terdapat adanya jurang pemisah antara anak tunarungu dengan kaum mendengar yang semakin melebar.

Dari berbagai sumber

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Assalamu'alaikum wr wb. Selamat malam.. nama saya denisa, saya memiliki adik seorang tunarungu, sebelumnya di keluarga kami belum ada anak tunarungu, sehingga kami cukup kebingungan menghadapi keadaan adik saya, karena pada saat itu kami tidak pernah tau dan kepikiran kalau adik saya tidak bisa mendengar, dan ditempat tinggal kami sangat minim informasi tentang abk dan fasilitas terkait yg dapat mendukung orang tua yg memiliki anak abk untuk dapat lebih mendeteksi sejak dini potensi abk seorang anak, kurangnya informasi juga memperparah keadaan yg ada.. karena dari kecil adik saya memiliki emosi yg sangat meledak sehingga kami selalu menuruti keinginannya, sampai akhirnya adik saya mulai remaja dan kami baru mengetahui bahwa adik saya tunarungu dari hasil tes di sebuah RS di Jakarta.. sekarang adik saya sudah menginjak usia 17tahun.. emosinya kian meledak sering membanting2 barang kalau sedang marah dan permintaannya tidak terpenuhi, dia juga terlihat stres setelah menyadari keadaan dirinya yg 'berbeda' dengan saudara2 lainnya, dia tambah dia lebih sering mengurung dirinya di dalam kamar semenjak dia mengenal game online, emosinya juga bertambah labil.. sebagai seorang kakak saya kerasa sedih dengan keadaan adik saya, tapi saya sangat bingung harus melakukan apa.. sebagai keluarga kira2 adakah cara yg efektif untuk melakukan pendekatan dengan adik saya agar dia lebih bisa positif dan mandiri dalam menjalani kehidupannya dan memiliki masa depan yg lebih cerah sebagai mana anak normal lainnya. Terima kasih sebelumnya.. Wassalamualaikum..

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons